Minggu, 07 Agustus 2016

Tiket Kelas Kambing


"Kamu nonton konser grup ABC? Bagus ya? Aku suka!"
"Iya, aku nonton juga, tapi aku berdiri jauh dari panggung. Maklum, aku cuma bisa beli tiket kelas kambing!"

Wah, dari percakapan dua teman di atas, apakah Ali memang membeli tiket untuk kambing? Apa ada kambing ikut menonton konser musik? Apa maksud istilah 'tiket kelas kambing' di percakapan tadi?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah 'Kelas Kambing' berarti kelas (di bioskop dan sebagainya) paling murah harga karcisnya. Dari mana asal mula istilah ini? Berikut ini kisahnya.

Sekitar abad 19, Jakarta masih bernama Batavia, dan masih menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda. Pada abad itu, pemerintah Belanda memperkenalkan sarana transportasi umum baru di Batavia, yaitu trem. Trem ini digerakkan dengan tenaga kuda. Tidak lama kemudian, trem bertenaga kuda diganti dengan trem bertenaga uap. 

    (Trem uap di Batavia. Photo: wikipedia)

Semua orang bisa menggunakan trem, tapi mereka harus naik sesuai kelas mereka. Kelas 1, kelas paling mahal, hanya untuk orang Eropa. Kelas 2, kelas menengah, untuk orang asing Asia seperti orang China, Arab dan India. Kelas 3, kelas paling rendah. Yang naik kelas ini adalah orang pribumi. Mereka sering membawa barang dan hewan seperti kambing, untuk dijual di pasar. Dari sinilah muncul istilah Kelas Kambing.

Sekarang, istilah kelas kambing digunakan untuk mendeskripsikan semua hal yang berkelas rendah atau murah, misalnya tiket kereta api, kelas di pesawat terbang, kelas restoran bahkan mendeskripsikan orang. Karena artinya yang bisa dianggap merendahkan, ada baiknya kita berhati-hati dalam menggunakan istilah ini. 

- Mobile blogging